PALANGKA RAYA,inikalteng.com– Mengantisipasi serta kesiapsiagaan terhadap bencana Kekeringan dan Karhutla, Wakil Gubernur Kalteng, Edy Pratowo menghadiri Rapat Koordinasi (rakor) secara virtual bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dari Ruang Rapat Wakil Gubernur Kalteng, Rabu (26/4/2023) sore.
Edy Pratowo menjelaskan, bahwa Rakor nasional ini berkaitan dengan pengendalian kebakaran hutan dan lahan, serta informasi penting terkait laporan BMKG bulan Maret lalu.
“Dimana peringatan prediksi majunya musim kemarau pada bulan April dan masih akan berlangsung sampai Juni,” Katanya.
Untuk wilayah Kalimantan Tengah, pada bulan Mei ini curah hujan masih cukup tinggi sampai bulan Juni dan ekstrimnya bulan Agustus, sehingga dari bulan Mei ini kita harus menyiapkan TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca), untuk membasahi lahan gambut yang ada di Kapuas, Pulang Pisau, Barsel, dan sebagian Kota Palangka Raya.
“Paling tidak Badan Penanggulangan Bencana Daerah kita dan dinas intansi lainnya harus berkolaborasi untuk segera menyiapkan itu, termasuk menyurati Kabupaten/Kota agar mempersiapkan semuanya, untuk menetapkan status siaga atau tanggap darurat” sambung Edy.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah terus berkolaborasi menyiapkan baik personil, sarana prasarana lainnya, berkoordinasi dengan kabupaten/kota untuk menghadapi pengendalian kebakaran hutan lahan tahun ini.
Terpisah Luhut mengungkapkan, bahwa dari pemodelan cuaca yang telah dilakukan, diprediksi fenomena El Nino puncaknya akan terjadi pada bulan Agustus 2023, hal ini berpotensi menyebabkan dampak kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan pada beberapa daerah di Indonesia.
Berdasarkan data dari International Monetary Fund (IMF), dampak yang akan terjadi juga berkorelasi terhadap turunnya produksi pertanian dan pertambangan. Hal itu akan berdampak pula pada inflasi di Indonesia, karena besarnya kontribusi inflasi pangan terhadap inflasi keseluruhan, sehingga dengan turunnya produksi pertanian, bisa memicu kelangkaan bahan-bahan pokok di tengah masyarakat.
“Berkaca pada 2015 saja, diperkirakan 41% lahan padi mengalami kekeringan ekstrim pada tahun tersebut, untuk itu Pemerintah akan bersiap dalam kondisi yang paling ekstrem sekalipun,” ungkapnya
“Mari kita semua tetap waspada dan saling menjaga di masa masa sulit seperti ini sehingga kerugian yang terjadi akibat peralihan cuaca bisa kita reduksi bersama,” tutupnya. (ard/red2)