PALANGKA RAYA, inikalteng.com – Sekda Kalteng H Nuryakin menegaskan, dalam mencegah stunting, tumbuh kembang anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) menjadi wajib untuk dipantau. Pasalnya stunting, disebabkan faktor multidimensi yang meliputi praktik pengasuhan yang tidak baik, terbatasnya layanan kesehatan, kurangnya asupan makanan bergizi, serta kurangnya air bersih dan sanitasi.
“Stunting bukan semata persoalan pascakelahiran. Karena jauh sebelum seorang anak lahir, proses pertumbuhan sudah terjadi sejak dalam kandungan,” tutur H Nuryakin saat membuka Seminar Cegah Stunting Itu Penting Bagi Ibu Hamil, di Swiss-Belhotel Danum Palangka Raya, Jumat (11/11/2022).
Menurutnya, pemantauan tumbuh kembang anak dan pengasuhan 1.000 HPK, yang optimal bagi calon orang tua, ibu hamil, dan keluarga yang memiliki anak usia bawah dua tahun (Baduta).
“Tentunya membutuhkan integrasi berbagai pihak dan berbagai strategi. Salah satunya kampanye nasional dan komunikasi perubahan perilaku, dengan menggunakan berbagai bentuk media dan kegiatan-kegiatan masyarakat, yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran publik, sehingga memicu adopsi perilaku positif,” jelasnya.
Sekda Kalteng, menambahkan, beberapa peraturan seperti Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021, tentang Percepatan Penurunan Stunting, salah satu prioritas kegiatan yang termuat dalam Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting (RAN PASTI). Selain itu Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 14 tahun 2019, tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Melalui Aksi Ela Hindai Stunting, dimaksudkan dalam rangka mewujudkan generasi emas 2045 yang merupakan impian Indonesia.
“Diharapkan pada usianya ke-100 tahun, Indonesia dapat memanfaatkan peluang bonus demografi dengan tersedianya Sumber Daya Manusia berkualitas, yakni sehat, cerdas, kreatif, dan berdaya saing,” pungkas H Nuryakin.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalteng Suyuti Syamsul, menerangkan, kasus stunting di Kalteng masih di atas rata-rata nasional, meskipun sudah terjadi penurunan dari 34 persen ke 27 persen dalam waktu kurang lebih dua tahun.
“Kita target minimal 2024 berada di angka 16 persen. Kita berharap ke depannya intervensi bisa dimulai sejak kehamilan, sehingga para ibu hamil paham tentang pencegahan stunting,” ungkapnya.
Dia juga berharap, semua pemangku kepentingan dari dinas-dinas terkait bisa saling bersinergi, agar target di 2024 tersebut bisa tercapai. (ka/red2)
Komentar