PANGKALAN BUN, inikalteng.com – Jajaran Pemprov Kalteng melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) setempat, bergerak cepat mengantisipasi gangguan psikologis pada anak akibat terdampak banjir. Pasalnya bencana banjir yang sedang melanda beberapa wilayah di Kalteng, berdampak tidak hanya kepada orang dewasa saja, namun juga kepada perempuan dan anak.
Kepala DP3APPKB Kalteng Linae Victoria Aden, Selasa (25/10/2022), mengatakan, dalam mengantisipasi gangguan psikologis pada anak akibat terdampak banjir, pihaknya telah membentuk tim untuk melakukan Dukungan Psikologis Awal (DPA) pada korban banjir, termasuk anak-anak.
Tim DPA tersebut, saat ini telah dikirim ke Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) untuk melakukan dukungan psikologis, khususnya bagi anak-anak terdampak banjir. Kegiatan tersebut, dilaksanakan di Posko GOR Kumpai Batu, Puskesmas Palingkau, dan Mendawai, Kecamatan Arut Selatan, Kobar.
“Penanganan dampak banjir, khususnya reaksi krisis pada anak sangat penting, karena respon psikis terhadap situasi yang dialaminya bisa berdampak gangguan psikologis dan traumatik. Bencana banjir merupakan salah satu kategori situasi krisis, yang umumnya akan memunculkan reaksi krisis pada setiap orang,” ucapnya.
Menurutnya, reaksi krisis atas situasi krisis pada setiap orang dapat berbeda-beda, misalnya rasa cemas, khawatir, stres, munculnya keluhan fisik, dan lain-lain. Jika tidak teratasi dengan baik, maka reaksi krisis secara psikologis berpotensi berkembang menjadi gangguan psikologis berat lainnya.
Wanita yang akrab disapa Ina Aden ini, menambahkan, pemberian DPA pada korban bencana, akan sangat membantu untuk menghindari dampak psikologis yang lebih berat. Sebagai informasi, DPA merupakan serangkaian keterampilan yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif stress, dan sebagai upaya untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan mental lebih buruk, yang disebabkan bencana atau situasi krisis.
Lebih lanjut dia berharap, dengan adanya kegiatan DPA, dapat membantu mencegah dampak psikologis yang lebih berat, terutama bagi perempuan dan anak-anak pasca bencana banjir.
“Tim telah dibekali berbagai metode pendekatan, dalam memberikan dukungan psikologis. Bukan hanya bermain dan bercerita tentunya, tetapi bagaimana anak dibawa ke dalam susana riang, sambil diberi cara memahami gejala alam sekitarnya. Dengan metode cara pemahaman sesuai usianya, sehingga ada pemahaman dasar anak, bahwa bencana kapan saja bisa terjadi dengan berbagai dampak yang akan timbul,” pungkas Ina Aden. (ka/red2)