PALANGKA RAYA, inikalteng.com – Budaya menjadi jati diri yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat di suatu wilayah. Hal tersebut menjadi keistimewaan yang harus terus dilestarikan. Termasuk di kalangan perguruan tinggi di Kalimantan Tengah (Kalteng), diingatkan agar budaya suku Dayak harus kita lestarikan. Khusus bagi mahasiswa yang merupakan generasi penerus pembangunan, jangan sampai melupakan ritual budaya daerah.
Penegasan itu disampaikan Rektor Universitas Palangka Raya (UPR) Dr Andrie Elia SE MSi saat dibincangi usai mengikuti Ritual Adat Dayak Memapas Lewu, Ma’arak Sahur Palus Manggantung Sahur Lewu di Sekretariat Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng, Jalan RTA Milono Palangka Raya, Kamis (16/12/2021).
“Pada kesempatan ini, saya mengajak mahasiswa untuk membuka wawasannya tentang budaya, khususnya mahasiswa UPR dalam mempelajari kebudayaan suku Dayak. Karena budaya ini menjadi jati diri kita. Pelajari agar menambah wawasan dan berperan dalam melestarikan kebudayaan yang menjadi kekayaan Indonesia,” kata Andrie Elia yang juga tokoh adat Dayak di Provinsi Kalteng.
Sebelumnya, Ketua DAD Kalteng H Agustiar Sabran dalam sambutannya menjelaskan, ritual Mamapas Lewu yang digelar ini adalah ritual keagamaan umat Hindu Kaharingan, yang sebenarnya juga merupakan kebudayaan suku Dayak. Melalui kegiatan tersebut, diharapkan mampu memperkuat dan mempererat nilai-nilai luhur masyarakat adat Dayak Kalteng.
“Ritual tersebut diyakini masyarakat zaman dahulu sebagai upaya menjaga keseimbangan hubungan manusia dengan alam,” jelas Agustiar. (red1)
Komentar