SAMPIT – Menempuh perjalanan panjang, meniti jalur-jalur riam dengan arus deras sungai berbatu, menuju Desa Tumbang Gagu, Kecamatan Antang Kalang, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) merupakan modal awal dalam melihat situasi dan harapan pembangunan ke depan bagi desa-desa di pedalaman.
Hal ini dilakukan oleh Calon Bupati Kotim Muhammad Rudini Darwan Ali demi memperjuangkan program kerjanya bersama H Samsudin. Program kerja pasangan calon kepala daerah yang dikenal dengan “Kotim Bercahaya” ini akan terlaksana dengan baik ketika mendapat amanah rakyat Kotim nantinya pada 9 Desember 2020 mendatang.
Betang Tumbang Gagu merupakan saksi sejarah, bahwa pembangunan infrastruktur di Kotim selama ini memang belum merata dirasakan oleh masyarakat desa setempat dan sekitarnya. Selain memakan banyak biaya, menuju aset wisata yang dicap milik daerah itupun sangat memakan tenaga. Ditambah suasana asri desa sepanjang daerah aliran sungai (DAS) tersebut masih terlihat dengan jelas di mana belum terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang masih masuk dalam kategori tertinggal itu.

Rudini Darwan Ali dalam kunjungannya tersebut berinisiatif ke depannya agar jalur transportasi darat (infrastruktur) dan ekonomi jangka panjang, sisi kesehatan dan pendidikan, serta yang juga terpenting mata pencaharian yang legal dan tidak terlalu beresiko bagi masyarakat di wilayah itu, harus benar-benar menjadi planning prioritas. Agar prioritas itu bisa terwujud, maka pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kotim nomor urut 04, Rudini-Samsudin, harus mendapatkan kepercayaan masyarakat untuk memimpin Kabupaten Kotim periode 2021-2026.
“Daerah pemilihan (dapil) lima ini, menurut kami sangat-sangat kaya. Sumber daya alamnya masih melimpah, potensinya sangar besar. Hanya memang masih belum terkelola. Kendala-kendalanya kami semenjak berada di lembaga legislatif dulu sudah memahami, dan pasti akan kita carikan solusi, karena di dapil lima ini secara umumnya merupakan sumber terbesar PAD kita ke depan,” ungkap Rudini Darwan Ali.
Rudini juga menegaskan bahwa apa yang dia lihat dan yang sudah terpantau di beberapa titik daerah setempat, perlu ada program khusus menyangkut pengelolaan wilayah. Sehingga seluruh lapisan masyarakat di sana mendapat apa yang menjadi harapan besar mereka selama ini.
“Terima kasih juga kepada warga yang antusias menerima kunjungan saya. Insya Allah, mudah-mudahan Allah memudahkan langkah kita menuju Kotim Bercahaya nantinya. Apa yang sudah saya lihat di lapangan selama perjalanan kunjungan di sana, akan menjadi bahan dalam program kerja Kotim Bercahaya nantinya. Yang paling vital menurut kami, adalah akses jalur darat dan listrik. Karena merupakan kebutuhan pokok masyarakat di sana dan juga kebutuhan pokok pemerintahan ketika nantinya ingin mengembangkan Tumbang Gagu menjadi aset wisata yang dikenal dunia,” tukas Rudini.
Atas apa yang menjadi agenda kerjanya itu, Rudini mendapat sambutan hangat masyarakat. Sebagaimana diungkapkan Didit, salah seorang tokoh pemuda setempat, bahwa masyarakat sangat berharap kepada Kotim Bercahaya untuk memimpin Kotim ke depan, agar pemerataan pembangunan seperti yang mereka programkan dapat terlaksana.
Didit yang merupakan keturunan pemilik sekaligus pendiri Betang Tumbang Gagu (Labuan Udung Antang) ini, mengaku sudah melihat langsung video ekspedisi tim Rudini Darwan Ali. Dalam video tersebut tampak raut wajah Rudini sangat sedih melihat perjuangan masyarakat setempat untuk bertahan hidup salama ini.
Betang Gagu sendiri sekarang ini dalam kondisi rusak parah dan tidak terawat itu. Dirinya berharap, ke depan Rudini-Samsudin dapat memberikan perhatian untuk perbaikannya.
“Terima kasih Bang Rudini sudah mau meninjau secara langsung daerah kami ini tanpa melalui timsesnya. Beginilah realitanya kita di sini, Bang Rudini. Kalau di Pancasila ada butir Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tapi kami di sini belum merasakan keadilan itu,” ungkap Didit di hadapan Calon Bupati Kotim Rudini Darwan Ali dan para tokoh masyatakat yang hadir.
Didit juga mengakui hingga saat ini masyarakat di daerah itu masih dijajah oleh kemiskinan. Mengingat infrastruktur penunjang kesejahteraan masyarakat seperti jalan darat, pekerjaan di berbagai bidang, dan lainnya yang mana selalu digadang-gadang oleh pemerintah pusat maupun daerah selama ini, belum juga ada dampak positifnya yang dirasakan oleh warga di pedalaman Kotim.(red)