PALANGKA RAYA – Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kalteng mencatat pada September 2019 Provonsi Kalimantan Tengah (Kalteng) mengalami deflasi -0,07 persen (mtm). Angka deflasi itu, tidak sedalam pada Agustus 2019 yang tercatat sebesar -0,20 persen (mtm).
Wakil Ketua TPID Kalteng, Setian, dalam pers rilis TPID Kalteng di ruang rapat Asisten Setda Kalteng, Rabu (2/10/2019), menjelaskan, komoditas penyumbang deflasi terdiri dari kelompok volatile foods dan administered price. Sebab masing-masing kelompok itu, mengalami deflasi sebesar -1,03 persen dan -0,05 persen.
“Prospek inflasi ke depan dan upaya mitigasinya, TPID Kalteng memperkirakan terdapat beberapa hal yang memengaruhi tekanan inflasi, baik dari kelompok volatile foods, administered price, dan core,” tukasnya.
Pengaruh itu, seperti dari kelompok volatile foods adalah dampak dari bencana kabut asap dan potensi kenaikan harga daging ayam ras. Sedangkan kelompok administered price adalah harga rokok kretek dan harga minyak dunia, serta kelompok core adalah kenaikan harga emas dunia.
Setian menambahkan, capaian angka deflasi tersebut sedikit lebih dalam dibanding capaian pada September 2018 lalu yang mengalami deflasi sebesar -0,02 persen (mtm). Namun capaian deflasi Kalteng tidak sedalam deflasi nasional ang berada pada angka -0,27 persen (mtm).
Adapun komoditas penyumbang deflasi di Kalteng, di Palangka Raya adalah daging ayam ras -0,14 persen, bawang merah -0,06 persen, semangka -0,02 persen, ikan layang -0,01 persen, dan tahu mentah -0,01 persen.
Kemudian di Sampit, komoditas penyumbang deflasi terdiri daging ayam ras -0,19 persen, bawang merah -0,12 persen, semangka -0,03 persen, angkutan udara -0,02 persen, serta tomat sayur -0,02 persen. (Red)
Komentar