PALANGKA RAYA, inikalteng.com – Fakultas Perikanan Universitas Kristen Palangka Raya (Unkrip), kerja sama dengan Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Palangka Raya dan Politeknik Seruyan, melaksanakan kuliah umum secara daring dengan tema potensi dan pengembangan budidaya ikan, Selasa (28/9/2021).
Menariknya, peserta yang mengikuti kegiatan kuliah umum ini tidak hanya partisipan dari wilayah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) saja, melainkan dari sejumlah provinsi yang ada di Indonesia, dengan peserta kurang lebih 300 orang.
Adapun narasumber dalam kuliah umum ini, seperti Dr Ir Untung Bijaksana MP Koordinator Aquacultur Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM), Kepala SKIPM Palangka Raya Iromo SIP, Wujianto SPi MSi sebagai Ketua Program Studi Budi Daya Ikan Politeknik Seruyan, Ir Ida Surianie MT sebagai Ketua Alumni Fakultas Perikanan Universitas Kristen Palangka Raya (praktisi).
Dekan Fakultas Perikanan Unkrip, Dr Infa Minggawati Msi saat pembukaan menyampaikan, tujuan kuliah umum ini menyatukan kesepahaman untuk membangun paradigma baru dengan melihat potensi dan pengembangan budidaya ikan, khususnya di Kalimantan Tengah (Kalteng). Terutama untuk ikan-ikan yang endemik diperairan darat, dimana budidaya perikanan yang selama ini cenderung mengabaikan perikanan darat.
Infa melanjutkan, aktivitas perikanan tangkap mendominasi pembangunan perikanan nasional. Secara politik, kondisi ini memposisikan perikanan darat, perairan umum (sungai, situ, danau dan rawa) sebagai kelas dua, maka aktivitas perikanan darat mandek.
“Revitalisasi perikanan hanya mengutamakan pertambakan udang, dan budidaya laut yaitu rumput laut dan ikan karang. Padahal perikanan darat memiliki keunggulan dan keunikan tersendiri. Harusnya, pemerintah memberikan porsi yang seimbang antara keduanya,” ungkap Infa.
Menurut Infa, Perikanan darat memiliki keunggulan dan keunikan dalam pengembangannya. Pertama, potensinya memiliki varitas atau jenis yang bersifat endemik. Keberadaan ikan endemik menyatu dengan perilaku/pola hidup masyarakat lokal.
“Masyarakat menganggap ikan endemik menjadi bagian kebudayaan dan dikonsumsi secara turun-temurun. Maka mereka juga memiliki kearifan lokal dalam menjaga kelestariannya. Secara ekologis dan klimatologi ikan endemik memiliki habitat hidup dan berkembang biak yang khas. Amat tidak mungkin ikan ikan-ikan lokal dikembangbiakan di Kalteng,” urainya.
Kemudian lahan budi daya ikan darat yang mengandung jenis ikan endemik belum dimanfaatkan secara optimal. Melestarikan lingkungan kawasan perairan umum (daerah aliran sungai, danau, rawa) dan tangkapan air yang mampu menjamin ketersediaan air tawar dan mencegah sedimentasi maupun pencemaran air.
“Mengembangkan alat tangkap yang ramah lingkungan dari segi jenis, ukuran, maupun variannya. Akan lebih baik menggunakan alat tangkap yang hanya menyeleksi ikan-ikan endemik yang masuk kategori layak konsumsi dan jual,” tutup Infa Minggawati. (*/red)
Komentar