PALANGKA RAYA, inikalteng.com – Lembaga Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Muhammadiyah Palangka Raya (UMPR), Senin (27/9/2021), menggelar pelatihan menulis cerita rakyat. Pelatihan diikuti 4 orang mahasiswa dari program studi Pendidikan Guru Madrasyah Ibtidayah (PGMI) Fakultas Pendidikan Agama Islam, dan 20 orang guru bahasa dan sastra Indonesia.
Kegiatan berlangsung di aula utama UMPR ini bertujuan untuk melatih peserta untuk menjadi penulis cerita rakyat Kalimantan Tengah.
Pelatihan menghadirkan nara sumber seorang sastrawan yang juga dosen di Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya, Dr Imam Qalyubi, dibuka Endang Sri Suyanti mewakili Kepala LP2M-UMPR.
Endang dalam kesempatan itu meminta, Universitas Muhammadiyah Palangka Raya terus berupaya meningkatkan diri dalam Catur Dharma Perguruan Tinggi, khususnya Bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. kegiatan catur darma terdiri dari pendidikan, penelitian, pengmas, dan kemuhammadiyahan wajib dilaksanakan dosen.
“Universitas Muhammadiyah Palangka Raya menyelenggarakan hibah penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat setiap tahunnya melalui LP2M,” ungkap Endang yang juga menjabat sebagai kepala subbagian Pengabdian.
Ia menyambut baik kegiatan pelatihan menulis cerita rakyat Kalteng yang dilaksanakan LP2M. Tentunya kegiatan tidak lepas dari tugas, dan fungsi LP2M UMPR, khususnya menyangkut pengabdian kepada masyarakat. Mudahan melalui kegiatan mampu melahirkan penulis cerita rakyat yang handal.
Sebelumnya, Panitia pelatihan menulis cerita rakyat Kalteng, Lastaria, mengatakan tujuan pelaksanaan kegiatan untuk membudayakan literasi dan memotivasi para pendidik, agar selalu berkarya. Peserta diharapkan mampu membuat karya tulis tentang cerita rakyat yang bisa dijadikan buku bacaan.
“Buku bacaan cerita rakyat tentu sangat bermanfaat, khususnya bagi anak-anak. Hal itu agar anak bisa mengetahui bagaimana cerita-cerita yang berkembang di daerahnya,” tegas Lastaria.
Sedangkan Ketua MGMP Jaya Kusuma menyambut baik kegiatan yang digelar LP2M. Kegiatan diharapkan mampu memupuk kemampuan menulis para guru, khususnya menulis cerita rakyat Kalteng.
“Saya minta guru yang mengikuti kegiatan, bisa lebih banyak. Tidak hanya guru bahasa, kedepan bisa melibatkan guru PAUD, SD, SMP hingga SMA/SMK non bahasa Indonesia. Saya pikir baik jika diberi wadah dan kesempatan. Mengingat para guru banyak memiliki ide cerita yang menarik bahkan banyak pengalaman hidup,” ungkap Jaya.
Sementara, Imam Qalyubi selaku narasumber mengungkapkan, seseorang akan selalu dikenang masyarakat, dan sejarah, melalui tulisannya. Orang bisa pandai setinggi langit, tetapi apabila tidak menulis, maka akan sulit diingat masyarakat.
Menurut Imam, menulis itu segampang kita berbicara, jika bisa berbicara dipastikan anda bisa menulis, karena tulisan itu alih wahana dari tuturan. Perempuan mempunyai potensi menjadi penulis hebat. Sifat perempuan sebagai seorang penutur, peluang besar untuk menjadi penulis hebat.
“Sifat dasar perempuan mampu berucap hingga 20 ribu kata. Sedangkan laki-laki hanya 7 ribu kata. Jadi kalau tulisan wahana alih dari tuturan, tentu harusnya perempuan lebih berpeluang menjadi penulis hebat,” tegas Imam.
Seseorang, jelas Imam, bisa memulai tahapan menulis mulai dari memilih cerita berdasarkan tempat tinggal, mencari para tetua atau tokoh di desa tempat tinggal sebagai sumber informasi awal sebuah cerita, mendengarkan, merekam atau mencatat cerita yang disampaikan. Jika ada banyak macam cerita, pilih yang menarik yang relevan konteks, seperti tentang wabah, harmoni dalam perbedaan, dan cinta tanah air.
Lalu mampu mendeskrispsikan dengan jelas karakter tokoh, memiliki gambaran yang pasti bagaimana bentuk pembukaan cerita dan bagaimana penutupannya, menentukan sesuatu yang menjadi pemicu terjadinya konflik bisa manusia bisa sesuatu, menelaah terlebih dahulu pesan yang ada dalam cerita tersebut.
“Buat sinopsis cerita, mulai menulis pembukaan cerita, terus menulis dan mengalir. Menulis terus hingga penutupan, karena karya yang baik itu yang selesai. Melihat ulang tulisan dari awal hingga akhir melalui proofreading. Terakhir, kontak penerbit dan cetak,” tegas Imam.(*/red)