Berlianti, ISJN representatif di Kalimantan Tengah, menyatakan ide untuk mengadakan pelatihan budidaya maggot dipilih karena kemampuan maggot untuk mengkonversi sampah organik dapat menjadi salah satu solusi cerdik dan lestari dalam menuntaskan permasalahan sampah organik di perkotaan.
Menurut Berlianti, popularitas budidaya maggot BSF telah mendunia dan banyak dilakukan baik dalam skala rumah tangga maupun industri karena terbukti sangat mudah, murah, dapat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat, dan menguntungkan. Dengan menggandeng Cicilia, owner sekaligus pimpinan BSF sebagai trainer dalam pelatihan ini, Berlianti meyakini bahwa budidaya maggot akan segera booming di Kota Palangka Raya.
Sementara itu pimpinan BSF Cicilia menerangkan, pada awalnya, beberapa peserta pelatihan mengernyitkan hidung. “Lokasi budidaya maggot ini memang mengeluarkan bau yang khas. Ini adalah bau ciri khas kandang maggot”, ujar Cicilia. “Baunya merupakan campuran dari bau sampah organik dan bau kencing dan kotoran maggot, namun bukan bau busuk seperti umumnya sampah organik” jelasnya lebih lanjut.
Menurut Cicilia, berternak maggot tidak sulit, karena hanya perlu diberikan makan sampah organik yang biasanya tersedia di setiap rumah tangga, rumah makan, peternakan, dan lain-lain. Sementara itu, harga jual maggot cukup menggiurkan. Satu kilo maggot segar dihargai sepuluh ribu rupiah, sementara maggot kering dihargai lebih mahal, yaitu dua puluh lima ribu rupiah per dua ratus lima puluh gram.
Ia juga menambahkan, selain menjual maggot, BSF juga menyediakan kasgot (kotoran maggot) seharga dua puluh ribu rupiah per kilo. “Kasgot ini sangat diminati konsumen, sebab hasilnya sangat bagus untuk pertumbuhan tanaman. Kami sampai sering kehabisan stok dan sudah banyak daftar tunggu khusus untuk pemesanan kasgot ini”, beber Cicilia.
Seiring penjelasan Cicilia, para peserta semakin bersemangat untuk ikut menyentuh makhluk ini, terlebih saat Cicilia membeberkan tentang keuntungan dan manfaat budidaya maggot yang belum banyak diketahui orang. Para peserta dengan cermat memperhatikan desain ‘rumah’ maggot agar dapat dibuat dan dimodifikasi sesuai dengan kondisi di tempat masing-masing.
Saat penutupan kegiatan pelatihan, setiap peserta ‘dioleh-olehi’ paket yang berisi buku panduan budidaya, pupuk kasgot, maggot kering, dan juga maggot hidup yang diharapkan dapat menjadi starter kit bagi para peserta untuk memulai upaya budidaya maggot di rumah masing-masing.
Markurius Abednego, salah satu peserta pelatihan asal Kasongan menyatakan rasa terima kasihnya atas kesempatan untuk mengikuti pelatihan ini. “Pelatihan ini sangat bermanfaat bagi kami untuk mengatasi permasalahan sampah organik dan juga dapat menjadi peluang usaha di tingkat rumah tangga” ujar Markurius.
Markurius yang merupakan pegiat pembuatan eco enzym menyatakan bahwa dalam sehari dapat memproduksi hingga enam kilogram sampah kulit buah-buahan, sehingga dirinya sangat memerlukan solusi untuk menangani sampah organik. Peserta lainnya juga menyatakan kebutuhan yang sangat besar akan solusi menuntaskan sampah organik terkait dengan usaha mereka.
Pada acara penutupan kegiatan, Berlianti menyampaikan bahwa pelatihan ini disponsori secara penuh oleh ISJN sehingga seluruh peserta dapat memperoleh ilmu secara cuma-Cuma. Karena itu dia berpesan agar para peserta yang telah mengikuti pelatihan tidak pelit untuk berbagi ilmu kepada orang lain yang juga ingin belajar tentang budidaya maggot.
“Pelatihan ini kita berikan secara gratis dengan harapan agar budidaya maggot ini dapat digelorakan di Kalimantan Tengah sebagai peran aktif masyarakat dalam menangani sampah” tutup Berlianti. (adn/red4)
Komentar