PALANGKA RAYA – Banyaknya tenaga kesehatan dan atau tenaga medis yang enggan ditempatkan pada daerah-daerah pelosok/terpencil, hingga kini masih jadi kendala dan menjadi ‘pekerjaan rumah’ sekaligus tantangan tersendiri bagi Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng).
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalteng masih mengkaji ulang sambil menginventarisir kebutuhan akan tenaga kesehatan (dokter, perawat dan bidan) di masing-masing daerah. Terutama pada unit layanan kesehatan seperti di puskesmas dan pustu.
“Kondisi ini memang cukup sulit. Sebab, untuk menempatkan seseorang, baik itu dokter, bidan dan perawat, harus melalui berbagai pertimbangan. Penempatannya juga harus disesuaikan dengan kebutuhan suatu daerah,” jelas Kepala Dinkes Kalteng dr Suyuti Syamsul dalam konferensi pers dengan wartawan di aula Dinkes setempat Palangka Raya, pekan kemarin.
Sebenarnya, lanjut Suyuti, untuk penempatan tenaga-tenaga medis sudah dilakukan. Terlebih para tenaga medis yang berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN). Karena pada saat pertama kali diangkat jadi ASN, para tenaga medis wajib mengisi formulir pernyataan kesiapan ditempatkan di mana saja. Selain itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga telah memiliki Program Nusantara Sehat dengan penempatan tenaga kesehatan berbasis tim. Program ini dilakukan oleh Kemenkes sejak tahun 2012. Salah satu rekomendasinya berdasarkan hasil kajian, bahwa penempatan tenaga kesehatan untuk daerah tertentu lebih baik jika dilakukan berbasis tim.
“Untuk Kalteng sendiri, Program Nusantara Sehat sudah berjalan pada sejumlah daerah yang dinilai sangat membutuhkan sentuhan dan manfaat dari program ini,” ungkapnya.
Hal ini, kata Suyuti, perlu didukung dengan adanya berbagai kebijakan dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Harapannya, agar seluruh masyarakat Kalteng dapat mengakses layanan dasar dalam bidang kesehatan, sesuai visi misi Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran, yakni menuju Kalteng Berkah.(red)
Komentar