PALANGKA RAYA,inikalteng.com – Industri kelapa sawit di Indonesia sudah berkomitmen untuk menjadi sawit ramah anak. Komitmen ini ditunjukkan melalui berbagai inisiatif yang dilakukan perusahaan-perusahaan anggota Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), termasuk penyediaan fasilitas pendidikan dan dukungan gizi bagi anak-anak yang tinggal di sekitar kebun.
“Kegiatan hari ini menunjukkan komitmen kami bahwa GAPKI sudah menjadi sawit yang ramah anak. Kalau tidak yakin, bisa dicek langsung ke anggota kami bagaimana kami memperlakukan anak-anak dengan baik. Kami sudah menyediakan sekolah, makanan bergizi di kebun, dan kami pastikan bahwa tidak ada pekerja anak di kebun sawit,” Kata Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono saat diwawancarai, Kamis (24/10/2024), di hotel Aquarius.
Ia juga menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari upaya GAPKI untuk membuktikan kepada masyarakat dan dunia bahwa tuduhan terkait eksploitasi anak di perkebunan sawit tidak berdasar.
“Ini adalah kegiatan kedua yang kami lakukan setelah sebelumnya di Papua, dan sekarang di Kalteng. Kami berkomitmen untuk menjadi mitra pemerintah dalam mendukung penyediaan pendidikan dan kesejahteraan generasi muda, karena merekalah yang akan menjadi penerus generasi berikutnya,” kata Eddy.
Eddy juga menyoroti bahwa industri kelapa sawit sering kali menjadi sasaran berbagai tuduhan negatif, terutama dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam persaingan perdagangan internasional. Menurutnya, tuduhan-tuduhan seperti deforestasi, pelanggaran HAM, pekerja anak, hingga pekerja perempuan, seringkali dilontarkan tanpa dasar yang kuat.
“Semua stigma buruk yang dilemparkan kepada industri sawit itu hanyalah isu. Serangan terhadap sawit datang dari segala sisi, baik dari isu deforestasi, HAM, pekerja anak, maupun pekerja perempuan. Saya yakin bahwa ini sebagian besar didorong oleh persaingan dagang global. Oleh karena itu, kita harus menunjukkan bukti nyata melalui kegiatan seperti ini,” terangnya.
Sementara itu, Pelaksana Harian (Plh) Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Pemkesra) Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Maskur, menegaskan bahwa tidak ada anak di bawah umur yang bekerja di perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit.
Hal tersebut disampaikan setelah menerima laporan dari Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono.
“Berdasarkan laporan dari Ketua GAPKI, tidak ada anak-anak di bawah umur yang bekerja di perusahaan sawit. Mungkin ada anak-anak yang dibawa oleh orang tuanya ke area kebun, namun itu di sekitar perkebunan, bukan di dalam perusahaan sawit,” jelas Maskur.
Pernyataan ini muncul sebagai bagian dari upaya GAPKI dan pemerintah provinsi (Pemprov) untuk memperbaiki citra industri kelapa sawit yang sering kali diserang dengan tuduhan terkait eksploitasi anak, pelanggaran hak asasi manusia, dan isu lingkungan seperti deforestasi. Maskur menambahkan bahwa sawit, khususnya di Kalteng, mendukung pendidikan dan kesehatan anak-anak di sekitar wilayah perkebunan.
“Perkebunan sawit ini mendukung pendidikan dan kesehatan. Kami dari Pemprov sangat mengapresiasi pelaksanaan seminar yang membahas hal ini, sehingga kita bisa mengurangi stigma negatif yang selama ini ada,” tambahnya.
Menurut Maskur, peran perusahaan perkebunan kelapa sawit sangat penting dalam mendukung pendidikan anak-anak di sekitar perkebunan.
“Anak-anak harus bersekolah. Tentu hal ini harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan di provinsi sesuai dengan kewenangan yang ada. Untuk anak-anak di jenjang SD dan SMP, itu menjadi kewenangan kabupaten. Namun demikian, kami tetap berkoordinasi dengan kabupaten dan kota. Dan di sini, peran perusahaan perkebunan sawit sangat dibutuhkan untuk memastikan anak-anak di sekitar perkebunan mendapat dukungan pendidikan dan kesejahteraan,” pungkasnhya.
Penulis : Ardi
Editor : Ika
Komentar