Fisik Bangunan Terancam Runtuh
TAMIANG LAYANG, inikalteng.com – Pemerintah Desa Patung, Kecamatan Paku, Kabupaten Barito Timur (Bartim), Kalteng terkesan terpaksa menggunakan sisa belanja Dana Desa (DD) Tahun Anggaran 2021 sebesar Rp15 juta untuk dukungan program rehap rumah tidak layak huni di tahun 2022. Pasalnya, proyek desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tersebut dari pantauan di lapangan, kualitas pekerjaannya terlihat asal-asalan.
Jika dilihat secara kasat mata dari kejauhan kondisi rumah yang dibedah sudah dicat rapi dan bagus. Namun ketika melihat langsung ke bagian dalam rumah, ternyata kualitas pekerjaannya sangat memprihatinkan. Bangunan berukuran 5×4 meter bahan bangunan kayu itu, pada bagian kuda-kuda di sudut atasnya yang sudah rapuh dimakan rayap, tidak ada yang diganti. Sehingga bisa saja runtuh seketika karena tak kuat menahan beban.
Kondisi begitu bisa menjadi ancaman bagi keselamatan Dittiana (60) si pemilik rumah. Selain itu, dinding yang sebelumnya dari papan, kini diganti dengan kalsiboard yang sangat tipis dengan ketebalan sekitar kurang lebih 3 milimeter (mm).

Kepala Desa Patung, Kristianus saat dikonfirmasi melalui pesan singkat WhatsApp, membenarkan adanya pelaksanaan program rehap rumah warga tak layak huni di desa setempat sebagai program bedah rumah dengan anggaran dari sisa belanja DD tahun 2021 sebesar Rp15 juta.
“Tahun ini Pemerintah Desa Patung telah melaksanakan pembangunan program bedah rumah bagi warga kurang mampu. Anggaran yang kita belanjakan bersumber dari APBN sisa belanja atau dana Silpa DD tahun sebelumnya,” ujar Kristanus singkat, Selasa (14/6/2022).
Sementara itu, Utuh Anan, yang merupakan anak tertua dari Dittiana, justru mempertanyakan program bedah rumah tersebut. Sebab, selama ini pihak Pemdes Patung selalu tertutup soal anggaran. Jika ada program pembangunan baik fisik maupun nonfisik, dinilai tidak transparan terutama soal anggarannya.
Khusus untuk program pembangunan bedah rumah tidak layak huni yang secara kebetulan yang dapat adalah orangtua kandungnya, mewakili keluarga, Utuh Anan menyatakan tidak akan menerima hasil pekerjaan yang terkesan asal jadi. Selain itu, terlihat banyak kejanggalan yang seakan disembunyikan oleh Pemdes Patung soal anggaran.
“Terkait rumah ibu saya yang direhap atau dibedah, perlu dipertanyakan. Kayu bahan bangunan lama yang sudah rapuh dimakan rayap, kok malah dipreteli, tidak diganti. Dinding papan diganti sama kalsiboard tipis. Apa memang begitu? Jangan hanya karena imj programnya untuk masyarakat miskin, lalu bangunannya asal jadi,” kata Utuh Anan yang diwawancarai awak media ini.
Dia berharap, ke depannya agar pihak Pemdes Patung selalu transparan dalam melaksanakan pembangunan. Sebab, anggaran yang dipakai adalah uang negara, jadi harus selalu terbuka kepada masyarakat. Fengan begitu, tidak ada kecurigaan terhadap pelaksana kegiatan anggaran. “Sekarang kita sudah berada di era keterbukaan informasi publik. Tolong kedepankan transparan, bukan main sembunyi-sembunyi untuk menutupi sesuatu,” tukas Utuh Anan. (yr/red1)