Rusunawa di Barut Tidak Dapat Dihuni

MUARA TEWEH – Keberadaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) yang diserahkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) kepada Pemkab Barito Utara (Barut), saat ini belum dapat dihuni. Sebab, pada bangunan yang dibangun dengan menelan anggaran sekitar Rp24 miliar lebih itu, sejumlah fasilitas pendukungnya belum lengkap.

Keadaan itu mengakibatkan rencana Pemerintah Kabupaten Barito Utara (Barut) untuk segera memfungsikan Rusunawa termegah senilai Rp24 miliar, sejak 11 Maret 2020, jadi terhambat. Bahkan, kontraktor di bawah Kementerian PUPR, juga belum melengkapi sarana air bersih.

Berdasarkan pengakuan dari salah seorang karyawan RSUD Muara Teweh yang juga sebagai calon penghuni Rusunawa kepada awak media, Jumat (13/3/2020), mengatakan, kunci ruangan sebenarnya telah dibagikan kepada para calon penghuni sejak Rabu (11/3/2020).

Baca Juga :  Herson B Aden Buka Forum Perangkat Daerah Kalteng

“Niat kami mau menempati kamar batal, karena air belum mengalir. Memang sempat ada pemikiran kami, sementara air belum ada numpang mandi dulu di beberapa rumah dinas sekitar Rusunawa. Kalau untuk listrik, sudah dalam posisi siap,” terangnya.

Dikonfirmasi terpisah via telepon selular, Sekda Barut H Jainal Abidin mengaku belum mendapat informasi tentang hal tersebut. Namun dalam waktu segera, dia akan melakukan pengecekan ke gedung rusunawa itu.

Baca Juga :  Ada Perusahaan Belum Penuhi Hak Karyawan?

Padahal pada 6 Maret 2020 lalu di sesi wawancara dengan wartawan, Sekda sempat mengucapkan, bahwa baru saja menandatangani Surat Pernyataan Kesediaan Menerima Hibah. Selain itu, dia juga memerintahkan Pimpinan RSUD Muara Teweh segera memfungsikan atau menempati rusunawa tersebut untuk karyawan RSUD mulai 11 Maret 2020.

Akan tetapi saat rusunawa difungsikan, para penghuni dibantu Pimpinan RSUD Muara Teweh harus membentuk kelompok pengelola. Tujuannya untuk mengelola dan mengatur rusunawa tersebut, baik pengelolaan pembayaran rekening listrik dan pengelolaan sampah.

“Dari 42 unit ruangan yang tersedia, saya harapkan dua ruangan bisa digunakan keluarga atau penunggu pasien dari desa yang jauh, seperti Haragandang, Baok, Tambaba, Muara Pari, Karendan, dan desa terpencil lainnya. Saya minta ditata, supaya ada dua ruangan buat keluarga pasien. Mereka bisa nginap tanpa dipungut biaya,” tambahnya.

Baca Juga :  Enam Orang di Samuda Tunjukan Hasil Reaktif

Sedangkan berdasarkan pantauan awak media, di dalam bangunan rusunawa itu sudah terdapat meubeler, satu ruangan besar di lantai dasar untuk kegiatan bersama atau ruang santai yang dilengkapi dengan kursi, serta di dalam ruangan kamar sudah berisikan lemari dan tempat tidur. (red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BACA JUGA