PALANGKA RAYA, inikalteng.com – Senator DPD RI pemilihan Kalimantan Tengah, Agustin Teras Narang kembali melaksanakan sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan kepada para mahasiswa Universitas Muhammadiyah Palangka Raya, Senin (8/8/2022).
Mengawali pembukaan sosialisasi, Wakil Rektor III UMP, Dr Nurcahyono menyampaikan bahwa visi universitas terkait dengan Iman dan Takwa, maka sosialisasi ini pun disebut sebagai bagian dari membangun sikap iman dan ketakwaan dalam rangka membangun jiwa yang memiliki rasa cinta untuk membangun negara ini.
Sementara Teras dalam kesempatan ini menyampaikan berbagai tantangan kebangsaan didasarkan pada TAP MPR no VI tahun 2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
Menurut Teras, beberapa tantangan itu, antara lain dari internal meliputi lemahnya penghayatan dan pengamalan agama serta munculnya pemahaman agama yang keliru. Kemudian pengabaian terhadap kepentingan daerah dan fanatisme kedaerahan, kurang berkembangnya penghargaan atas kebhinnekaan, kurangnya keteladanan dalam sikap dan perilaku sebagian pemimpin serta tokoh bangsa, dan tidak berjalannya penegakan hukum secara optimal.
“Secara eksternal kita memiliki beberapa tantangan globalisasi seperti perang Ukraina dan Rusia, serta ketegangan China dan Taiwan yang memiliki dampak terhadap situasi dunia. Ada pula pandemi Covid-19 yang secara global terjadi, namun sekaligus juga membuat kita mengalami lompatan. Termasuk salah satunya menggelar acara secara virtual akibat kondisi pandemi. Pandemi memiliki hikmah sehingga semua pihak bisa mengoptimalkan peran teknologi, ” jelas Teras.
Kemudian disebutkan pula, secara eksternal ada lagi tantangan terkait kapitalisme yang nyata dihadapi hingga sekarang, terlebih bagaimana negara besar melalui kekuatan kapital untuk menguasai negara lain.
“Dengan berbagai tantangan yang masih relevan hingga hari ini, saya mengajak agar seluruh mahasiswa UMP dan seluruh generasi muda lainnya, untuk berpegang teguh pada empat pilar kebangsaan kita. Menjaga dan mengawal Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Empat pilar ini telah terbukti mampu menjaga kita dari kekacauan sebagaimana terjadi di negara luar yang terpecah,” pesan Teras.
Namun diakui mantan Gubernur Kalteng dua periode ini, banyak tantangan tentu membuat masyarakat kadang mengalami kekhawatiran dan kerisauan.
“Mesti demikian tidak boleh pesimis, juga tidak bisa terlalu optimis. Kita perlu menjadi realistis dengan memahami apa yang menjadi tantangan kita dan memperkuat peran Pancasila dalam menghadapi tantangan yang ada”, sebutnya.
Pada kesempatan itu, Teras juga mengapresiasi para mahasiswa yang aktif berdinamika dan bertanya tentang masalah kebangsaan. Baik soal pendidikan, keberagaman keyakinan, kedudukan empat pilar, hingga soal mengapa Pancasila dijadikan dasar kebangsaan disampaikan dengan baik. Lalu soal bagaimana menghadapi Pemilu dengan tantangan politik identitas yang membuat terpolarisasi hingga soal penegakan hukum yang kadang terlebih dulu viral baru kemudian ditindaklanjuti.
“Saya bangga sekali mendengar pertanyaan para mahasiswa ini. Sikap kritis dan cerdas dari mahasiswa ini menunjukkan kesadaran sosial mereka yang tinggi, semoga ini menjadi modal dasar bagi kita di Kalteng untuk turut memajukan Indonesia,” kata Teras.
Selain itu, terkait pertanyaan soal Pemilu yang kontekstual dengan kondisi saat ini, Teras menjelaskan dinamika kesejarahan Pemilu di Indonesia. Sebagai bagian dari pelaku sejarah dari dinamika Pemilu langsung oleh rakyat pada tahun 2004 dan Pemilihan Kepala Daerah langsung pada 2005, Ia mengaku perubahan besar yang terjadi dalam demokrasi Indonesia.
“Salah satu konsekuensinya adalah adanya polarisasi akibat fanatisme pendukung. Sebagai negara yang baru memiliki sistem Pemilu langsung, ada dampak yang harus diterima. Salah satunya memunculkan ketidakharmonisan antar masyarakat yang memiliki pilihan berbeda. Bagi saya ini adalah proses belajar negara kita,” ungkap Teras.
Agar polarisasi tidak terjadi, Teras dorong mahasiswa UMP agar menyampaikan ke masyarakat luas bahwa demokrasi tujuannya memilih pemimpin negara. Karena telah sepakat dengan empat pilar kebangsaan, maka dalam memilih pemimpin untuk semua tanpa membedakan latar belakangnya dan menghindari polarisasi.
“Setiap pemilu memiliki dinamika berbeda. Kita harapkan Pemilu yang sudah berjalan memberikan pelajaran bagi kita untuk tidak mengulangi praktik-praktik demokrasi yang tidak sehat. Jelang Pemilu dan Pilkada yang akan digelar pada 2024 diharapkan peranan mahasiswa-mahasiswi untuk memberi penyadartahuan bagi masyarakat pemilih agar dapat mengikuti proses demokrasi dalam semangat persatuan. Tidak membedakan latar belakang SARA melainkan memilih berdasarkan kapasitas, integritas, dan kapabilitas calon yang dipilih,” pungkas Teras. (tim/red4)
Komentar