PALANGKA RAYA, inikalteng.com – Seminar Nasional Jembatan Kayu yang digagas oleh Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI) Kalteng pada Rabu (30/8/2023), di salah satu hotel berbintang di Kota Palangka Raya, mengangkat kekhasan Kalimantan dalam perspektif arsitektur dan infrastruktur. Dalam seminar ini, kayu sebagai material pembangunan infrastruktur berkelanjutan jadi ulasan yang menarik.
Dalam kesempatan itu, Anggota DPD RI Perwakilan Kalimantan Tengah (Kalteng) Agustin Teras Narang yang diundang sekaligus membuka acara seminar nasional, bercerita terkait perjalanan awal diskusi soal kayu bersama IAI Kalteng pada akhir Januari 2023. Saat itu jelang peringatan ulang tahun SMK Perkayuan Mandomai, mendiskusikan soal pembongkaran jembatan kayu Mandomai yang ikonik.
Teras mengaku terpikir untuk melakukan rekonstruksi ulang, sekalian dengan penataan wilayah. Berpikir bagaimana kawasan yang indah dan bersejarah ini bisa menjadi hidup dengan kekayaan sosial budaya, arsitektur, dan keindahan panoramanya sebagai destinasi wisata. Mengusung tajuk historic urban landscape atau lanskap kota bersejarah, pihaknya mendiskusikan soal masa lalu dan masa depan pembangunan.
“Bicara soal jembatan kayu Mandomai, bagi saya secara pribadi, ini memang merupakan hal yang luar biasa. Karena almarhum ayah saya lahir dan tumbuh di Desa Mandomai. Suatu kegiatan rutin bagi kami setiap tahunnya pada masa itu untuk berkunjung dari Banjarmasin ke Mandomai. Biasanya naik kapal dengan jarak tempuh satu hari satu malam. Salah satu kegiatan kalau ke Mandomai adalah berziarah ke makam keluarga yang mesti melewati jembatan kayu ikonik tersebut,” ungkap Teras.
Ia mengatakan, meski menyayangkan pembongkaran jembatan kayu oleh pemerintah kabupaten kala itu, pihaknya membangun niat untuk mengupayakan rekonstruksi dan penataan wilayah. Kemudian mendorong ada langkah membuat kawasan ini dapat hidup kembali sebagai destinasi wisata dan juga wisata arsitektur perkayuan. Terlebih hari ini, dunia tengah kembali pada semangat harmoni dengan alam. Hal ini memberi ruang kembalinya kayu sebagai bahan material infrastruktur untuk memenuhi unsur keberlanjutan.
“Saya berharap IAI akan dapat memikirkan rekonstruksi keberadaan jembatan kayu Mandomai, lewat seminar yang mengambil tajuk seputar jembatan kayu. Seminar yang akan mendiskusikan banyak hal tentang pemanfaatan kayu sebagai material untuk pembangunan infrastruktur,” jelasnya.
Gubernur Kalimantan Tengah periode 2005 hingga 2015 ini menekankan, tentu pembangunan jembatan kayu yang sekarang perlu disesuaikan dengan dukungan teknologi terkini. Ini menunjukkan rekonstruksi bukan hanya bicara soal masa lalu.
“Perlu diingat bahwa Kalimantan Tengah dikenal sebagai penghasil kayu yang luar biasa pada masanya. Kalimantan pun dikenal sebagai paru-paru dunia. Rekonstruksi ini bisa jadi daya tarik arsitektur global dan menghadirkan dampak ekonomi bagi daerah bila dikelola secara terarah,” ujarnya.
Teras juga meyakini bahwa pihak yang pernah mendapatkan manfaat dari kayu Kalimantan saat era Hak Pengusahaan Hutan akan ikut peduli. Dengan mengetuk pintu hati mereka, diharapkan ada kolaborasi bersama pemerintah daerah, pemerhati lingkungan, dan IAI untuk mewujudkan kembali rekonstruksi jembatan kayu Mandomai. Sebuah rekonstruksi jembatan kayu yang juga dapat mengangkat kearifan lokal serta kekuatan sejarah arsitektur di masa lalu. (adn/red4)
Komentar