oleh

Waduh! Harga Minyak Melambung Tinggi dan Langka ya Bunda…Ternyata Ini Penyebabnya!

Tidak bisa dipungkiri lagi minyak goreng adalah salah satu bahan kebutuhan pokok (sembako) yang dibutuhkan oleh setiap kalangan. Seperti yang kita tahu, sepanjang tahun 2021 lalu, harga minyak goreng telah naik sebanyak 40%. Terlebih di akhir tahun 2021, harga minyak goreng terus melonjak naik dan masih naik terus sampai saat ini. Bahkan Menurut data Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKKAPI), kenaikannya dapat terjadi setiap minggu.

Minyak goreng tidak hanya menjadi kebutuhan pokok individu atau keluarga. Tapi banyak juga pelaku usaha dari segmentasi mikro ke menegah yang pasti terimbas dari kenaikan harga minyak goreng ini. Terutama bagi Anda yang membuka usaha aneka gorengan, rumah makan, catering, dll.

Harga minyak goreng telah naik sejak bulan oktober 2021 dan hal ini biasanya terjadi karena efek hari raya natal dan tahun baru yang membuat beberapa harga kebutuhan pokok termasuk minyak goreng menjadi naik. Tapi anehnya, saat harga kebutuhan lainnya seperti telur dan bawang sudah berungsur turun, harga minyak goreng masih mengalami kenaikan.

Harga minyak goreng rata-rata nasional per liter:

Baca Juga :  Ini Penyebab Banjir di Sampit


Bahkan, ada beberapa provinsi yang mengalami kenaikan harga minyak goreng jauh di atas provinsi lainnya seperti Provinsi maluku utara dan Gorontalo yang menembus harga Rp 22.250 per liter! Wow sangat mehong sekali ya pemirsah … Pada akhirnya, toko-toko ritel pun membatasi pembelian minyak goreng untuk setiap pelanggan.

Lantas, mengapa harga minyak goreng terus melonjak setiap minggunya?  Sebenarnya… apa sih penyebabnya utamanya?

Ternyata penyebab utama harga minyak goreng melambung tinggi adalah karena kenaikkan harga CPO (crude palm oil) di pasar global. Harga CPO sendiri melonjak naik dari RM 3710 per ton di Juli 2021 menjadi RM 5036 per ton di Januari 2022. Kenaikan ini mencapai 35.7% (RM: Ringgit Malaysia). Naiknya harga ini dikarenakan adanya penurunan pasokan CPO dari negara produksi CPO terbesar yaitu Indonesia dan Malaysia yang telah menurun 6% dari produksi tahun sebelumnya.

Lantas, mengapa CPO mengalami penurunan pasokan secara global? Simak penjelasan berikut ini ya!

1. Faktor Alam

Dilansir dari Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia, Malaysia sebagai salah satu produsen utama CPO dilaporkan mengalami banjir di beberapa daerah seperti Kelantan, Terengganu, Pahang, Johor, Malaka, Negeri Sembilan, dan Sabah. Banjir di beberapa daerah dikhawatirkan pelaku pasar karena dapat memperketat sisi pasokan yang disebabkan oleh banjir dan menyebabkan produsen menghentikan produksinya.

Baca Juga :  Berkebun Buah-buahan Dinilai Menjanjikan

2. Permintaan Sawit di Dunia Semakin Meningkat Akibat Krisis Energi

Selain faktor cuaca, permintaan dunia akan komoditas sawit juga sedang melonjak tinggi. Salah satu faktor penyebabnya adalah akibat krisis energi di berbagai negara yang bergantung pada bioenergi seperti negara India, China dan negara-negara Uni Eropa. Bioenergi sendiri merupakan energi alternatif yang berasal dari sumber-sumber biologis, yang digunakan untuk pembangkit listrik dan juga bahan bakar transportasi.

Lalu, apa yang menyebabkan krisis bioenergi di belahan dunia?

 Dilansir dari CNBC Indonesia, krisis energi yang terjadi di negara cina, india, dan negara bagian Uni Eropa dikarenakan konflik dari kedua negara Rusia dan Ukraina. Berdasarkan laporan BP Statistical Review of World Energy, Rusia adalah negara yang mempunyai cadangan gas alam terbesar di dunia, yakni 19.9% dari totalnya di bumi.

Baca Juga :  Asbadata Kapuas Serahkan Bantuan Kebakaran Pulau Mambulau

Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menjelaskan krisis energi di Eropa akan memburuk akibat ketegangan konflik kedua negara ini. Melalui akun Instagram pribadinya @arcandra.tahar, Ia mencoba menjelaskan bahwa lebih dari seperempat (25%) jalur gas pipa Rusia melewati Ukraina, sisanya lewat Belarusia, Polandia dan juga lewat laut Baltic.

Dengan jalur pipa yang melewati Ukraina, Rusia akan memanfaatkannya untuk menekan balik negara-negara Eropa Barat jika ada sanksi internasional yang dikenakan ke Rusia. Oleh karena itu gas pipa yang sudah terkontrakkan untuk dialirkan ke Eropa Barat akan dihentikan oleh Rusia dengan alasan keamanan pipa tidak terjamin di wilayah Ukraina yang sedang berkonflik.  “Ini adalah strategi yang cerdas ditinjau dari sisi bisnis karena Rusia bisa terhindar dari pinalti akibat cedera janji dengan tidak mengalirkan gas ke Eropa Barat” papar Arcandra dikutip, Rabu (9/2). Adapun juga, krisis energi yang terjadi di Cina dan India disebabkan menipisnya stok batu bara yang digunakan untuk pembangkit listrik (CNBC).

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BACA JUGA