PALANGKA RAYA – Penabuhan katambung, alat musik khas suku Dayak, menandai dimulainya Pekan Seni Mahasiswa Universitas Palangka Raya (Peksima UPR) 2019. Kegiatan ini diikuti oleh sebanyak 136 mahasiswa dari berbagai fakultas di lingkungan UPR.
Penabuhan katambung dilakukan langsung oleh Rektor UPR Dr Andrie Elia SE MSi bersama Wakil Rektor Bidang Akademik Prof Dr Salampak MS, di Aula Rahan UPR, Jumat (29/11/2019).
“Di era Revolusi Industri 4.0, mahasiswa harus bisa merefleksikan seni dalam setiap sendi kehidupan, dan menggunakan media digital yang berkembang saat ini,” kata Rektor UPR dalam sambutannya.
Dengan perkembangan teknologi saat ini, lanjut Andrie Elia, di manapun kita berada bisa mengetahui kondisi dunia seketika itu juga. Selain itu, bisa menjalin komunikasi dengan siapa saja dan di mana saja. Pasalnya, sejak orang dilahirkan hingga berpulang, setiap harinya selalu dipenuhi dengan dunia kesenian, baik itu seni menulis, melukis dan lain sebagainya.
Rektor juga mempertanyakan kenapa Jurusan Seni, Drama, Tari dan Musik (Sendratsik) FKIP UPR, sepi peminatnya. Padahal, seniman apa saja statusnya selalu dibutuhkan. Janganlah hanya berorientasi ingin menjadi seorang Aparatur Sipil Negara (ASN).
“Mahasiswa melalui bidang keilmuannya harus bisa mengimplementasikan seni menjadi sumber lapangan kerja bagi orang lain. Sehingga alumni UPR bukan menjadi pengangguran, tetapi bisa menciptakan lapangan kerja,” tegas Andrie Elia.
Peksima UPR 2019 yang dilaksanakan 25 Nopember sampai dengan 1 Desember 2019 ini, diikuti 136 mahasiswa. Terdiri dari solo putra 16 orang, solo putri 14 orang, baca puisi putra 7 orang, baca puisi putri 20 orang, dan fotografi 4 orang.
Kemudian, komik strip 9 orang, penulisan lakon 21 orang, serta tari terdiri dari 4 tim dengan jumlah 45 orang.
Sementara, mahasiswa yang lolos dalam Peksima UPR 2019, akan mewakili UPR ke Pekan Mahasiswa Daerah, dan selanjutnya ke Pekan Seni Mahasiswa Nasional.(red)
Komentar