Secawan Mahakarya dari Sang Serdadu untuk Warga Tumbang Panggo

Biasanya, tim bekerja saat sepenggalan matahari pagi mulai naik. Di waktu Dhuha itulah puluhan prajurit TNI bersama warga menyerbu lokasi pembukaan badan jalan. Disana mereka berbaur dan saling bahu-membahu melakukan pemasangan kayu penopang. Pada suatu momen,  dalam kondisi medan yang sulit paska guyuran air hujan, prajurit TNI dan warga setempat tetap bekerja dengan penuh semangat membara. Bahkan, mereka harus berjibaku dengan lumpur dan semak belukar. Itu semua demi pemerataan infrastruktur untuk kenyamanan masyarakat.

Baca Juga :  Pemkab Katingan Upayakan Perubahan Berbagai Aspek

Di tengah-tengah pengerjaannya pun ada kondisi yang menantang. Akibat tingginya intensitas air hujan di wilayah Kabupaten Katingan menyebabkan ada sebagian badan jalan yang terendam air luapan Sungai Katingan. Bahkan ada unit hexavator untuk pembersihan lahan jalan yang terendam. Namun kondisi yang menyulitkan itu tidak menekan mental para personal Satgas Kodim Katingan untuk berhenti berjuang.

personel TNI melakukan gotong royong perbaikan badan jalan

Gotong royong menyelesaikan badan jalan tetap dilakukan dengan semangat menyala. Ada yang mengayunkan cangkul. Ada yang menebas semak belukar dengan parang. Ada yang menata potongan kayu untuk pondasi badan jalan. Sekali-kali mereka bercanda terbahak-bahak saling menatap kondisi badan yang penuh dengan kotoran.  Aksi perjuangan yang ditunjukkannya seolah tiada beban. Padahal sebagai manusia mereka tentu juga mendapati kondisi tertekan secara fisik mapun mental. Namun, karena itikad  demi kebaikan khalayak insan, beban itu hilang bak butiran debu yang ditelan lautan.

Baca Juga :  Warga Desa Tanjung Rangas Berharap Pembuatan Sertifikat Tanah Dipercepat

Sesekali prajurit TNI duduk bersama warga melepas penat. Mereka makan bersama serambi bersenda gurau. Sungguh keharmonisan yang elok ditangkap panca indra mata dan telinga. Terkadang anak-anak ikut meramaikan suasana saat mencari ikan di parit galian bahu jalan.

Baca Juga :  Damang Manuhing Terkesan Lecehkan Hukum Adat Dayak

10 hari mereka bekerja di bawah terpaan panas dan hujan, 20 hari setelahnya berada di Bulan Ramadan, tentu momentum bulan suci menjadi tantangan bagi pekerja muslim. Meski demikian tim tetap mengebut pekerjaan, berharap berkah dari Bulan Suci Ramadan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BACA JUGA